Kepala Staff ROKA, Im Chung-Bin mencoba rifle K-11 di acara Ground Weapon Conference 2008 di Daejeun, Korsel |
Sejarah
Daewoo didirikan pada tahun 1981, perusahaan konglomerasi ini bergerak dibeberapa bidang industry, antara lain: spareparts otomotif, telekomunikasi, riset teknologi dan senjata personil. Pada tahun 1998, Daewoo mengalami masalah keuangan akibat krisis ekonomi regional di Asia. Setahun setelahnya (1999) pemerintah Korea memberikan bantuan likuiditas dengan mengambil alih mayoritas saham Daewoo dan merombak susunan managemennya. Pada September 2006 Daewoo berubah nama menjadi S&T Daewoo, initial S & T didepan nama perusahaan bermakna “Sience & Technology”. Daewoo menjadi satu-satunya perusahaan pemasok senjata personil bagi angkatan bersenjata Korea Selatan mulai dari pistol, senapan serbu, sub-machine gun dan pelontar granat.
Berbagai varian senapan serbu infantri dibuat dan dikembangkan mulai era 1980 hingga 1990-an, diantaranya : K1A (sub machine gun), K2 (rifle), K201 (grenade launcher), K3 (light machine gun), k4 (automatic grenade launcher) dan K7 (silenced SMG). Untuk varian pistol diantaranya : DH38, DH40, DH45, DP51 dan DP52.
Innovasi produk-produk senjata buatan S&T Daewoo muncul dalam berbagai macam prinsip kerja penembakan, mulai dari blow-back operated, gas-actuated hingga recoil actuated. Sejauh ini Daewoo belum pernah mengembangkan senapan mesin berat, sniper rifle dan shot-gun.
Berbagai varian senapan serbu infantri dibuat dan dikembangkan mulai era 1980 hingga 1990-an, diantaranya : K1A (sub machine gun), K2 (rifle), K201 (grenade launcher), K3 (light machine gun), k4 (automatic grenade launcher) dan K7 (silenced SMG). Untuk varian pistol diantaranya : DH38, DH40, DH45, DP51 dan DP52.
Innovasi produk-produk senjata buatan S&T Daewoo muncul dalam berbagai macam prinsip kerja penembakan, mulai dari blow-back operated, gas-actuated hingga recoil actuated. Sejauh ini Daewoo belum pernah mengembangkan senapan mesin berat, sniper rifle dan shot-gun.
Proyek K11 awalnya dikenal sebagai program XK11. Senapan ini merupakan kombinasi unik antara prinsip operasi gas-blowback dan bullpup yang terintegrasi dalam satu kesatuan sistem senjata. Daewoo sebelumnya pernah mengadopsi desain senapan bullpup pada senjata serbu eksperimennya yang dikenal dengan nama XK8.
Pada lima tahun terakhir ini ada 3 senapan serbu yang dikembangkan Daewoo, diantaranya: XK8, XK9 dan XK11. XK8 atau lebih dikenal dengan proyek DAR-21 adalah senapan serbu dengan mekanisme kerja bullpup berpeluru kaliber 5.56mm, awalnya senapan ini diproyeksikan untuk mengganti K2. Belakangan XK8 dibatalkan pengembangannya.
Dari ketiganya pemerintah Korea fokus pada pengembangan XK11, terbukti dengan ditunjuknya ADD pada tahun 2006 sebagai penanggung jawab program pengembangan senjata tersebut hingga ke lini produksi.
ADD mempunyai tugas dan fungsi yang sama seperti lembaga dinas penelitian dan pengembangan (Dislitbang) di TNI. Kemajuan proses program pengembangan dan produksi K11 cukup cepat dan tepat (on-schedule), terlebih dukungan pemerintah terhadap industri pertahanan Korsel cukup konsisten.
Dalam hal integrasi teknologi, Korea juga tidak menemui hambatan cukup berarti. Karena negara ini menjadi salah satu negara yang sukses mengembangkan teknologi industri, terutama teknologi mikro elektonik yang berpengaruh besar di pasar dunia.
Sekilas K11
Senapan K11 terbagi menjadi 3 bagian utama: laras senapan, pelontar granat dan pembidik elektronis. Ketiganya terintegrasi dalam satu kesatuan sistem.
Bagian pertama, laras senapan, mengakomodasi lajur peluru standar NATO kaliber 5.56mm x 45. Bagian kedua, pelontar semi otomatis bermunisi granat berkaliber 20 mm. Berbeda dengan kaliber granat pada umumnya (40mm), pelontar granat di K11 berukuran lebih kecil.
Dalam hal integrasi teknologi, Korea juga tidak menemui hambatan cukup berarti. Karena negara ini menjadi salah satu negara yang sukses mengembangkan teknologi industri, terutama teknologi mikro elektonik yang berpengaruh besar di pasar dunia.
Sekilas K11
Senapan K11 terbagi menjadi 3 bagian utama: laras senapan, pelontar granat dan pembidik elektronis. Ketiganya terintegrasi dalam satu kesatuan sistem.
Bagian pertama, laras senapan, mengakomodasi lajur peluru standar NATO kaliber 5.56mm x 45. Bagian kedua, pelontar semi otomatis bermunisi granat berkaliber 20 mm. Berbeda dengan kaliber granat pada umumnya (40mm), pelontar granat di K11 berukuran lebih kecil.
Bagian ketiga adalah sistem pembidik teleskop optik yang menyatu dengan beberapa sistem pemindai elektronis. Sistem pemindai tersebut diantaranya : thermal infra-red (untuk pelacak panas tubuh), range-finder (pengukur jarak tembak) dan night vision mode (teropong penglihatan malam). Semua diatur secara computerize oleh sebuah unit fire control system.
Tenaga yang digunakan saat mengaktifkan sistem ini didapat dari baterei yang memanfaatkan sumber energi kinetik. Sistem pembidik di atas pejera senapan tersebut juga kedap (resist) air, lingkungan berdebu/ berpasir dan berlumpur.
Munisi 20mm K11 juga dapat disetel waktu detonasi ledakannya, serta kapabel dilontarkan di atas maupun disamping target sasaran. Bila diinginkan munisi ini juga mampu ditembakkan langsung untuk menjebol dinding tempat berlindung musuh.
Tenaga yang digunakan saat mengaktifkan sistem ini didapat dari baterei yang memanfaatkan sumber energi kinetik. Sistem pembidik di atas pejera senapan tersebut juga kedap (resist) air, lingkungan berdebu/ berpasir dan berlumpur.
Munisi 20mm K11 juga dapat disetel waktu detonasi ledakannya, serta kapabel dilontarkan di atas maupun disamping target sasaran. Bila diinginkan munisi ini juga mampu ditembakkan langsung untuk menjebol dinding tempat berlindung musuh.
Source : ALUTSISTA
0 comments:
Post a Comment