Pemerintah Cina Kamis (19/8) mengecam pedas laporan departemen pertahanan AS (Pentagon). Dalam laporannya itu, Pentagon menyebut program militer Cina sebagai ancaman. Mereaksi laporan tersebut, Jurubicara Departemen Luar Negeri Cina memperingatkan bahwa Beijing menentang keras kandungan laporan Pentagon yang menuding Cina tengah berusaha cepat untuk memperluas kekuatan militer dan pertahanannya. Di mata Beijing, laporan Pentagon tersebut tidak mencerminkan fakta yang sesungguhnya dan para penyusun laporan itu sengaja mengkritik sepihak tanpa melihat secara proporsional proses normal perluasan program militer Cina.
Selama ini, banyak kalangan berharap terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS bisa memposisikan Cina sebagai mitra strategis Paman Sam sebagaimana kebijakan terdahulu kalangan Demokrat. Namun melihat kebijakan yang diterapkan Gedung Putih saat ini, tampaknya puak-puak Demokrat tak lagi memandang Cina sebagai mitra strategis tapi justru menjadi saingan utama.
Ironisnya, semenjak Obama memegang tali kendali AS, Washington justru santer melontarkan beragam isu polemik dan sensitif seperti penjualan senjata canggih ke Taiwan dan mempersoalkan penempatan rudal balistik Cina di dekat Taiwan. Padahal Beijing sendiri telah berkali-kali mewanti-wantikan bahwa penguatan militer Cina bukan menjadi ancaman bagi negara-negara regional. Beijing pun berdalih, kalaupun Cina bertekad untuk menempatkan lebih dari seribu rudal balistiknya di dekat Taiwan, langkah itu tak lain merupakan upaya untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan wilayahnya.
Pemerintah Negeri Tirai Bambu berpendapat, pengembangan kekuatan militer Cina merupakan konsekuensi dari meningkatnya kebutuhan negara untuk mempertahankan stabilitas dan keamanan di kawasan dan dunia. Meski demikian Beijing menegaskan bahwa perilisan laporan tak berdasar Pentagon tidak akan merusak hubungan Beijing-Washington. Sebaliknya, AS justru berusaha membesar-besarkan ancaman militer Cina sebagai upaya untuk menjustifikasi kontrak penjualan 6,4 miliar dolar senjatanya kepada Taiwan.
Para analis politik menilai, pandangan optimis ataupun pesimis terhadap nasib hubungan AS dan Cina merupakan ihwal yang relatif dan tidak dapat dijadikan landasan untuk menilai terjadinya konfrontasi atau tidak, antara kedua negara besar tersebut.
Yang jelas hingga kini Beijing pun masih menuding Washington terus melancarkan ekspansi militernya. Cina berkeyakinan bahwa penyelenggaraan rangkaian latihan militer besar-besaran AS bersama Korea Selatan dan Jepang di perairan Laut Kuning dan Laut Cina Selatan merupakan bentuk intervensi dan pencideraan terhadap kedaulatan Cina. Karena itu, belakangan Beijing makin gencar meningkatkan lapisan pertahanannya. Tentu saja langkah tersebut tidak serta-merta bisa dianggap sebagai upaya konfrontasi dengan negara lain. (IRIB/LV/NA)
Ironisnya, semenjak Obama memegang tali kendali AS, Washington justru santer melontarkan beragam isu polemik dan sensitif seperti penjualan senjata canggih ke Taiwan dan mempersoalkan penempatan rudal balistik Cina di dekat Taiwan. Padahal Beijing sendiri telah berkali-kali mewanti-wantikan bahwa penguatan militer Cina bukan menjadi ancaman bagi negara-negara regional. Beijing pun berdalih, kalaupun Cina bertekad untuk menempatkan lebih dari seribu rudal balistiknya di dekat Taiwan, langkah itu tak lain merupakan upaya untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan wilayahnya.
Pemerintah Negeri Tirai Bambu berpendapat, pengembangan kekuatan militer Cina merupakan konsekuensi dari meningkatnya kebutuhan negara untuk mempertahankan stabilitas dan keamanan di kawasan dan dunia. Meski demikian Beijing menegaskan bahwa perilisan laporan tak berdasar Pentagon tidak akan merusak hubungan Beijing-Washington. Sebaliknya, AS justru berusaha membesar-besarkan ancaman militer Cina sebagai upaya untuk menjustifikasi kontrak penjualan 6,4 miliar dolar senjatanya kepada Taiwan.
Para analis politik menilai, pandangan optimis ataupun pesimis terhadap nasib hubungan AS dan Cina merupakan ihwal yang relatif dan tidak dapat dijadikan landasan untuk menilai terjadinya konfrontasi atau tidak, antara kedua negara besar tersebut.
Yang jelas hingga kini Beijing pun masih menuding Washington terus melancarkan ekspansi militernya. Cina berkeyakinan bahwa penyelenggaraan rangkaian latihan militer besar-besaran AS bersama Korea Selatan dan Jepang di perairan Laut Kuning dan Laut Cina Selatan merupakan bentuk intervensi dan pencideraan terhadap kedaulatan Cina. Karena itu, belakangan Beijing makin gencar meningkatkan lapisan pertahanannya. Tentu saja langkah tersebut tidak serta-merta bisa dianggap sebagai upaya konfrontasi dengan negara lain. (IRIB/LV/NA)
Sumber :Irib-Radio Iran
0 comments:
Post a Comment